Wednesday, February 28, 2007

Anugerahkan aku cinta untuk tetap mencinta Dia dan Rasul-Nya

Sebuah artikel yang dikirim seorang sahabat, sangat menyentuh qalbu... semoga bermanfaat...

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍﻦﻤﺣﺮﻟﺍﷲﺍﻢﺴﺑ
ﻪﺗﻛﺮﺑﻭﷲﺍﻪﻤﺣﺭﻭﻢﻚﻴﻠﻋﻢﻼﺴﻟﺍ
AIRMATA RASULULLAH SAW...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan
dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada! Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan.Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata
Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang
menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa haqku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" Tanya Rasulullah kemudian.
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup,
melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang
tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja
semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku".

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan
telinganya. "U ushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah
shalat dan peliharalah orang-orang lemah diantaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii,
ummatiii?" "Umatku,umatku,umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya? Kenapa kita berselisih faham

Tidak mau membaca sholawat kepada beliau yang senantiasa
Mencintai ummatnya………….Allahumma sholli 'ala Muhammad
wabaarik wa salim'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB:Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran
untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai
kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang
menyayangimu
di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang
mengasihmu diakhirat.

ﻢﻚﻴﻠﻋﻢﻼﺴﻟﺍﻭ
Wan Aswad

0 Komentar:

Post a Comment

<< Home